Di tengah bentang alam yang hijau dan asri, Banyuwangi menawarkan cara baru menikmati keindahan Gunung Ijen—bukan hanya lewat pendakian, tapi juga lewat irama. Musik Tepi Sawah, sebuah gelaran budaya yang memadukan alam dan musik, menjadi oase artistik di sela gemuruh aktivitas wisata alam. Inilah bentuk baru perjalanan: mendengarkan, meresapi, dan menyatu dengan nuansa lokal secara utuh.
1. Festival Musik dalam Pelukan Alam
Bertempat di area persawahan yang menghadap langsung ke barisan bukit kaki Ijen, festival Musik Tepi Sawah menjadi pengalaman sensori yang menyeluruh. Denting alat musik tradisional berpadu dengan angin sore, suara serangga, dan gemericik air sawah. Panggungnya bukan terbuat dari beton dan lampu sorot, tapi dari bambu, rumput, dan cahaya matahari yang turun perlahan. Suasana ini menciptakan keterhubungan antara manusia, musik, dan bumi.
2. Menyuarakan Tradisi Lewat Nada
Tak hanya menjadi hiburan, Musik Tepi Sawah adalah panggung bagi musisi lokal untuk menyuarakan budaya mereka. Instrumen seperti angklung, gamelan Osing, hingga alat musik modifikasi modern tampil bergantian, membawa pesan-pesan tentang kelestarian, cinta tanah air, dan penghargaan terhadap leluhur. Ini adalah bentuk “wisata rasa” yang menggugah bukan hanya telinga, tapi juga kesadaran.
3. Ruang Interaksi antara Wisatawan dan Komunitas
Festival ini bukan pertunjukan satu arah. Pengunjung bisa berdialog langsung dengan para seniman, ikut serta dalam workshop musik tradisional, bahkan menikmati hidangan khas Banyuwangi yang disajikan oleh warga sekitar. Ada semacam jembatan yang dibangun—bukan dari beton, melainkan dari empati dan rasa ingin tahu—antara pelancong dan penjaga budaya lokal.
4. Wisata Ijen dalam Perspektif Baru
Selama ini Ijen dikenal lewat kawah biru dan para penambang belerangnya. Tapi lewat Musik Tepi Sawah, kawasan ini dilihat dengan cara berbeda: sebagai ruang spiritual dan kultural. Musik menjadi medium untuk mengingatkan bahwa Ijen bukan hanya tempat untuk “diabadikan”, tapi juga untuk dihargai, dirasakan, dan dijaga keberlanjutannya.
Penutup: Ketika Perjalanan Menjadi Perayaan Jiwa
Musik Tepi Sawah mengajarkan kita bahwa perjalanan terbaik bukan sekadar tentang tujuan, tapi tentang bagaimana kita hadir sepenuhnya. Banyuwangi membuktikan bahwa harmoni bisa lahir dari pertemuan antara suara, alam, dan manusia. Di tepi sawah kaki Ijen, kita tidak hanya menikmati musik—kita merayakan kehidupan.